sederhana itu berarti

banyak kegagalan terjadi
banyak kekurangan banyak mengeluh???
tidak...!!!
kurang itu mesti dipenuhi
tapi
lebih itu mesti berbagi....

Selasa, 17 Januari 2012

From toeice with love……



Di dunia abu-abu banyak sekali kisah-kisah tak terlupakan, makanya sayang banget kalo ceritanya diabisin sekaligus, oleh karena itu, aku buatin deh seriesnya….

Dari judulnya ada tentang cinta tuh,……

Waktu itu tahun 2007, aku duduk di bangku kelas satu SMK, iyah….SMK 17 Cilegon. SMK para cewek satu-satunya, tapi tidak menutup kemungkinan cowok pun banyak yang tertarik lho sekolah  disini.

Dulu, yang namanya bahasa inggris bagaikan musuh bebuyutan buatku. Entah mengapa, seolah bahasa inggris adalah pelajaran paling membosankan untukku.

Dan ….

Hal yang paling menambah bad moodku adalah….

Sekolah mengadakan les toeice satu kali dalam seminggu. 

Whaaaat??.....

Apa gak salah???

Yah enggaklah din…..

Ok… just follow…

Seperti biasa aku dan Lia selalu bersama.

Minggu pertama sangat membosankan….saat itu alumni yang mengisi materinya….

Minggu kedua….tidak begitu banyak perubahan, hanya saja pengambilan nilai atas materi minggu pertama dilaksanakan….seperti biasa….I got bad score…..

Houuuuww…..so pity am I…

Minggu ketiga…..

Hah???

Udah minggu ketiga???dan aku belum dapat apa-apa?

Tapi …..ada yang berbeda diminggu ketiga kali ini.  Tapi apa yah???

Wawww….pengajarnya agak sedikit berbeda….

Pengajar baru, dan sosok laki-laki….good looking and smart…

It is make me ………

Hmmmmmm…

Oopppzz….back to topic…

Namanya Mr. A……..usianya hanya berbeda 3 tahun dariku. kehadirannya dapat membuat semua siswi semangat belajar, entak mengapa diminggu ketiga, lab bahasa Nampak ramai sekali, kami semua aktif belajar, aktif bertanya dan aktif meperhatikan. Ini sungguh keajaiban…(Lebay amad….).

Suatu ketika, Mr. A membuat games bahasa inggris untuk kami, aku Nampak semangat kali ini….pemenangnya akan mendapat coklat dari Mr.A…

Bagaimana tidak….aku benar-benar kesem-sem…..ckckckckckckck…games belangsung lama….dan tak terasa….akhirnya……I got it….

Aku dan semua anak-anak yang lain mengaguminya……..

Aku dan semua anak-anak yang lain bersemangat belajar karenanya….

Aku dan semua anak-anak yang lain…..

Hmmm….

Siang itu….ada Mr.A  masuk kekelasku….wah….ada apa yah….dia memanggilku….hmmm…sepertinya privat sekali…..(yess….aku berhasil buat satu kelas cemburu…ckckckc). Ternyata dia minta soft copy film ayat-ayat cinta…

Tra..lala…tra…lili….

Sudah dua bulan berlalu di les toeice……

Dan yang terpenting, ilmu yang kudapat sangat bermanfaat…..Thanks God…

JJJ

Wah….pagi-pagi gini Mr. A udah disekolahan??? Padahal kan jadwalnya nanti siang?...

Eh…eh…eh….dia lewat kelasku…tuh…tuh….kan masuk…

Asikkkk…pasti mau manggil aku…..

Dan ternyata……..

Mr.A      : ada Ms. Y..?

Aku        : what???ada keperluan apa dia nyari Ms. Y?...a…..ad…..ada ka……bentar yah…

Dari situ….semua perbincangan tentang Mr. A mulai menyeruak….ternyata dia pacaran sama temen kelasku…si Ms. Y…

Selamet deh!!!

Tapi…itu tak berangsur lama…yah…paling beberapa bulan saja….intinya mah..belum jodoh…

Sabar yah Mr. A….

You will get the best….

Tapi setelah kejadian itu, Mr. A mencurahkan semua unek-uneknya kepadaku…dan memintaku tuk menjaga rahasianya…iya…rahasia tentang Mrs. Y

Oke baiklah…..

Namun Mr. A tidak bertahan lama disekolahku, ia pun pindah entah kemana. Aku dan teman-teman yang lain lost contact. Aku hanya berdoa semoga kami tetap berteman baik.


Rabu, 11 Januari 2012

Keajaiban itu memang ada…….



Setelah ikrar yang aku ucapkan diusia yang ke-16, aku memutuskan untuk tidak terjun lagi ke lapangan basket, berat memang….mengalami kegalauan selama setahun itu tidak mudah, memahami apa yang semestinya itu tidak mudah dan apalagi untuk mengaplikasikannya. Kalau bukan dukungan moril dan berbagai motivasi orang-orang terdekat, mungkin ikrar itu tidak mungkin terjadi. Dengan segenap hati yang mungkin siap tidak siap, tapi memang harus siap akhirnya aku putuskan untuk berhijab. Yah meskipun baru belajar, memang semua hal besar itu dimulai dengan hal-hal yang kecil. Dan keberhasilan pun tak jarang diawali dengan kegagalan.
Awal mulanya…..
Salah seorang motivator ku lah yang mengawali. Pagi itu hari minggu, yah…minggu yang cerah, cuaca yang bagus untuk berlatih basket, aktifitas ini sudah berlangsung sejak aku duduk dibangku SMP, bahkan saat SMP aku termasuk kapten putri basket. Hari minggu itu penampilanku sudah biasa, mengenakan baju pendek, celana pendek dan menenteng bola basket kesayanganku. Namun, suasana berbeda terjadi dirumahku, suasana menjadi hening dan seolah taka da penghuninya. Pagi itu aku berniat untuk meminjam tas kakakku, setelah masuk kamarnya….Betapa kagetnya aku melihat banyak tempelan kertas-kertas yang berisikan berbagai macam artikel mengenai ‘HIJAB BAGI WANITA’, pikirku kala itu adalah “untuk apa seorang pria memajang artikel tentang wanita???” tapi…..lama kelamaan hatiku bergetar dan terenyuh ketika lembar demi lembar kubaca artikel itu. Seolah menyinggung tapi memang benar!
Tak banyak yang ku ingat tentang artikel itu, tapi yang pasti salah satu statement yang tertulis adalah
Wanita yang katanya belum siap berhijab itu memiliki berbagai macam alasan diantaranya :
1.       Merasa kurang cantik apabila rambut indahnya tidak terurai
2.       Merasa tidak PeDe apabila kulit mulusnya itu tidak terlihat
3.       Tidak laku-laku apabila menutupi kecantikannya
4.       Panas, gerah, dan keringat bercucuran.
5.       Dan….belum mendapat hidayah dari Sang Illahi.
Sebenarnya masih banyak alasan yang ku baca saat itu, tapi…hanya segelintir alasan itulah yang ku ingat dengan jelas.
Mari kita kupas satu per satu alasan diatas sebelum kita tahu keajaiban apa dibalik berhijab.
1.       Sebenarnya cantik itu apa sih? Cantik itu tidak terlihat, cantik itu abstrak, cantik sulit didefinisikan karna cantik tidak memiliki bentuk. Cantik adalah rasa, cantik adalah keindahan yang apabila orang lain melihatnya, cantik bukanlah nafsu, cantik juga kesucian, cantik itu adanya didalam diri, bahkan sesungguhnya cantik itu takkan terlihat meskipun kita berusaha memperlihatkannya. So? What is the meaning of Beautiful? Bagi saya ternyata cantik itu adalah sebuah keanggunan yang muncul dari inner beuty, dan setiap insan wanita itu memilki sisi inner beutynya masing-masing, hanya saja….kapan seorang wanitu itu akan menghidupkan ke-inner beuty-an yang ia miliki….
2.       Sebenarnya memiliki kulit mulus adalah impian setiap kaum hawa, siapa coba yang gak pengen punya kulit mulus???
3.       Tapi….tapi…ada tapinya nihhh…..banyak sih kaum hawa yang memang sudah dianugrahkan kulit mulus, putih dan cerah. Tapi kenapa yah mesti di jemur diterik matahari? Mesti dibiarkan terkena debu? Dan mesti di biarkan ribuan pasang mata kaum Adam melihatnya? Lantas? Nilai keindahan itu, apakah masih ada? Dan apa yang kita persembahkan untuk sang Suami? Bukankah orang special dalam hidup kita, yang satu-satunya dialah yang berhak menikmati keindahan itu adalah Suami. So…buat saudari muslimahku….only share it….and more better do it! Ckckckck…..
4.       Di awal penjelasan sudah membahas kecantikan dan keindahan lantas? Mengapa takut tidak laku? Kuncinya adalah bangkitkan ke-inner beuty-anmu, dan jaga apa yang sudah dianugerahkan kepaadamu. Dengan itu semua insyallah jodoh gak kemana.
5.       Kita semua tahu, bahwa cuaca sekarang sedang extreme, apalagi sudah masuk musim panas. Bayangkan, betapa panasnya dan teriknya matahari yang menyengat kulit dan rambut kita. Tujuan berhijab, selain meminimalisir nafsu birahi kaum adam, ternyata berhijab juga banyak manfaatnya lho….melindungi kita dari teriknya matahari yang menyengat kulit dan rambut. Namun, bagaimana dengan keringan yang berlebih karena lembab?  Sungguh, alasan yang dapat dipatahkan, Islam itu mengajarkan keindahan dan kebersihan. Sekarang bagaimana kalau kita menerapka kebersihan itu sendiri, gak usah jauh…jauh deh, kebersihan badan sendiri dulu deh…mau rambut gak lembab? Hal termudah dan tersimpel adalah keramas dengan rutin, yang biasa pergi kesalon gak usah khawatir, sekarang udah banyak tuh salon muslimah. So? Alasan apalagi yang akan muncul?.....
6.       Hidayah itu artinya petunjuk….kalo kita keseringan bilang “Belom dapet Hidayah”, lantas pedoman hidup selama ini darimana? Hidayah tinggal dicari, dipelajari, dipahami dan diaplikasikan yah dari Al-Qur’an dan hadist….lantas hidayah darimana lagi???kalo hidayah gak dicari..yah bakan bilang belom dapet hidaya terus atuhhhhh…..jadi, marilah kita luruskan persepsi yang selama ini salah kaprah itu.
Setelah aku membacanya, nampaknya ada secuil kesedihan….kesediha melakukan kesalahan selama bertahun-tahun sejak aku baligh, harusnya…….
Yasudahlah……
Semua manusia hidup kan butuh perubahan lebih baik, setelah aku habis membaca selesai artikel itu, lantas aku keluar dari kamar itu dan menuju ruang tamu, disitu telah terliha kakakku sedang duduk manis namun tak sedikitpun tersenyum padaku, mungkin…..
Sudahku duga, kakakku tak ingin melihatku berpenampilan serba terbuka itu….ditambah gayaku sudah seperti anak laki-laki (tomboy)…
“mau sampai kapan kamu begini????” (ujar kakakku)
“lho?apa sih? Ada yang salah?” (jawabku)
Dari situ, aku tak meladeninya lagi, aku segera pergih latihan basket. Namun, sepanjang perjalanan dan hari itu benar-benar membuatku tak enak makan dan beraktifitas. Yang hanya ku ingat adalah artikel-artikel didinding kakakku serta sikap kakakku yang mendadak berubah, memang akhir-akhir itu tingkat kereligiusannya sedang meningkat tajam.
Sebentar lagi ulang tahunku yang ke-16, bingung…apa yang inginku capai dan apa yang sudah kudapat….aku merenung memikirkan hal itu….
Hingga pada suatu saat aku ingin beranjak, pindah, atau bahkan pergi dari aktifitas lamaku….dibilang jenuh, enggak juga…hanya saja….secuil perasaan dewasa menegurku. “hey….come on!!! Moving on”.
Dan akhirnya  di usia ke-16 ikrar itu terlontarkan dalam hati. Senang..dari hari-ke hari kakakku sudah menunjukkan senyum sumringahnya.
Tapi,…tidak ada lagi kompetisi yang dapat aku ikuti….
Lantas???darimana aku mendapatkan prestasi membanggakan????
Yang mana dulu aku berfikiran, hanya dibidang olahragalah aku bisa meraihnya.
Di penghujung kelas 2 SMK, aku mulai focus belajar. Hingga diawal kelas 3.
Aku baru tau ternyata perpisahan nanti, tidak semua orang tua dapat hadir, hanya orang tua pilihanlah yang diperbolehkan hadir. Yaitu, orang tua yang anaknya memiliki prestasi di sekolah.
Dalam hati aku terus beristigfar….
“Ya Allah, bagaimana ini?akankah orang tuaku tidak hadir melihatku dikalungi piagam kelulusan??”
Ini tidak boleh terjadi, aku harus melakukan sesuatu.
Sejak saat itu aku terus mencari celah informasi, agar aku dapat menjadi salah satu siswa berprestasi.
Aku tau dan percaya, dibalik Doa dan permohonan aka nada jawaban.
Akhirnya KEAJAIBAN itu dating…
Informasi yang ku dengar….akan dibuka kompetisi untuk delegasi debat bahasa inggris tingkat kota. Jujur, pertama kali mendengar informasi itu, aku merinding “akankah aku bisa?bahasa inggris??”.
Tapi kuikuti saja alurnya…mulai dari tes hingga pendekatan behavior yang dilakukan oleh penguji. Pengujiku saat itu Mrs Imas, dialah wanita yang memiliki chemistry terhadapku….dia bilang…disini banyak murid berpotensi disbanding kamu, tapi….entahlah…ibu rasanya ingin memilihmu…so, don’t make me disappoint….yah..
Dibilang begitu….semangatku membara donk! Semangat pertama si untuk ibu, karna aku harus membawa serta ibuku di perpisahan kelas tiga.
Saat seleksi terakhir ada 6 orang, dan kami dibagi 2 team. Entah…dari awal aku selalu minder dengan yang lainnya….rasanya aku hanya cadangan….
Ingat betul pukul 17.00 aku dan teman-teman yang lain memulai penyeleksian itu. Kukerahkan yang terbaik dariku…DAN hasilnya adalah….Aku masuk Team Inti dan diposisikan sebagai bagian tervital di team itu.
Sungguh KEAJAIBAN yang tak dapat kulupakan.
Selama beberapa minggu aku dan teman-teman berlatih debate, aktifitas kami, Koran, kamus, berita, dan internet. Jujur…sudah berminggu-minggupun motivasiku adalah “IBU”.
Kompetisi tingkat kota dimulai….
Mungkin dengan giat latihan, tidah mengeluh, berdoa dan tak lupa restu orang tua membuat kami menjadi team yang kuat hari itu. Kami pun masuk final dan melawan SMK terberat saat itu. Dengan motion baru, dan case building selama  20 menit, cukup membuat kali kalut….sebelum lomba, aku dan kawan-kawan sholat dzuhur dan tak lupa berdoa masing-masing, entah apa isi doa dari teman-temanku, yang jelas saat itu doaku adalah
“Ya Allah, Mungkin ini sudah jalanMu, hari ini aku dan teman-teman sedang berjuang Ya Allah, pintaku satu dari kompetisi ini, aku ingin membawa ibuku melihatku saat perpisahan nanti, Amin”
Kamipun beranjak keluar dan menuju lapangan….
Disana sudah terlihat puluhan psang mata yang menyaksikan kami, aku tak bisa menyembunyikan rasa grogi itu. Kompetisipun dimulai….dengan rasa percaya diri aku dan teman-teman mengikuti alur debate dengan baik….dan Alhamdulilah…nampaknya team lawan kessulitan menjatuhkan argument kami…
Dengan rasa bahagia tak terkira team dari SMKku menjadi pemenang pertama DAN…
KEAJAIBAN ke-2, aku dinobatkan sebagai best speaker…
Subhanallah …tak henti-hentinya aku menangis bahagia……
Namun, perjuangan belum berakhir….aku dan teman-teman harus bekerja keras untuk melaju ketingkat provinsi , persaingan sungguh semakit menarik…bagaimana tidak? Di provinsi aku bertemu dangan sekolah-sekolah bonafit, serta standar international.
Lagi-lagi….AKANKAH????
Saat itu lomba diadakan didaerah tanggerang selatan, fasilitas hotel kunikmati bersama teman-teman…Kami merasa kurang lepas…disana, karna hati yang deg-degan selalu menghantui. Besoknya kami berlomba. Hari pertama aku enggan sekali memakai almamater sekolah, padahal guru pembimbingku menyarankan aga memakai almamater. Jawabku saat itu “ nanti saja yah mis, kalo kita ke final kita pake almamater, kalo hari pertama seragam ajjah…gimana??”. Aku melihat senyum  sumringah dibibir mis imas, mungkin beliau berfikir, anak muridku sangat percaya diri akan masuk final, akhirnya beliau berkata “amin..baiklah, almamater ini kita kenakan di hari terakhir”. Singkat cerita, kami memenangkan perlombaan dihari pertama dan kedua. Entah itulah… KEAJAIBAN ke-3 yang kami rasakan. Hingga hari terakhir kami melawan sekolah tuan rumah, kaget aku melihat lawanku yang semuanya berwajah oriental itu. Bahasa sehari-hari di sekolah mereka saja sudah bahasa inggris, aku hanya tersenyum sedih saat itu. Tapi melihat penampilan, nampaknya mereka tidak jauh lebih bagus dari  team kami (sombooong…), semua orang juga bilang gitu. Tapi, alhasil kami tidak masuk babak  final. Kami hanya berkesempatan memperebutkan juara 3.
Ingat betul, saat itu pertandingan akan dilaksanakan setelah dzuhur. Sama persis ketika kami akan bertanding di tingkat kota.
Kamipun sholat dzuhur terlebih dahulu, dan berdoa…..
Doa yangku haturkan saat itu sama persis dengan doa yangku panjatkan saat aku ingin berlomba ditingkat kota,
“Ya Allah, Mungkin ini sudah jalanMu, hari ini aku dan teman-teman sedang berjuang Ya Allah, pintaku satu dari kompetisi ini, aku ingin membawa ibuku melihatku saat perpisahan nanti, Amin”.
Akhirnya persaingan sengit dimulai….saat itu aku benar-benar pasrah dan menyerahkan seluruhnya hanya kepada Allah Sang Maha Pemilik Keputusan.
Hasilnya, kamipun menyabet juara 3 debat bahasa inggris tingkat Provinsi, inilah KEAJAIBAN yang ke-4.
Dengan bangga, aku yang menjadi perwakilan team maju ke atas panggung yang megah itu.
Dalam hati “Ibu…ini untukmu”
Setelah kompetisi itu aku mulai focus UN dan bersiap untuk perpisahan. Ternyata lagi-lagi aku ingin meminta pertolongan KepadaNYA. Tak habis pintaku padaNYA. Kakakku membuat tantangan,
“ bisa tidak kamu mendapatkan nilai matematika melebihi nilaiku??”
Aku kaget melihatnya….bagaimana mungkin??nilai UN Matematikanya saja 9.00, lantas bagaimana denganku????

Lagi-lagi aku berkata …..AKANKAH???
Tak berhenti berdoa dan berusaha….
UN pun berlangsung….entah semangat sekali aku menyambut soal Matematika…
Sedangkan siswa lain seolah ingin menangis melihatnya….
Kuisi sebiasaku dan alhamdulilah semua terjawab dengan INSYALLAH….
Dag….dig…dug….
Hasilnya mengatakan aku mendapat nilai Matematika 9.50
Subhanallah ……KEAJAIBAN ke-5 yang ku dapat….
Aku bisa!!!!
Perpisahanpun berlangsung, dengan bangga kubawa ibuku hari itu…tak hanya itu…aku juga diminta untuk memberikan kata perpisahan dihari itu, dengan segala kerendahan hati akupun bersedia, sambutan terakhir menggunakan bahasa inggris saat itu. Aku tau IBU melihatku…dan tersenyum.
Subhanallah KEAJAIBAN itu MEMANG ADA…….



Inilah Dwi....

usia 7 bulan

Dwi lahir di tanah Sumatera, tepatnya di Muara Enim Talang Ubi Kampung Sumberjo pada tahun 1992. Kampong terpencil di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Mungkin, jika ditanya hampir banyak yang tidak tahu daerah itu. Namun itulah kenyataannya Dwi dilahirkan disana. Dwi merupakan anak kedua setelah Rio kakak pertamanya lahir pada tahun 1989.  Dwi berasal dari keluarga prihatin alias sangat sederhana dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan.
Sejak kecil Dwi mengalami banyak peristiwa, hingga ia mengerti untuk apa peristiwa itu bagi kehidupannya kelak. Kakek dan nenek dwi merupakan petani desa yang menggarap sawah orang lain, dan hasilnya akan dibagi dua oleh pemilik. tidak hanya itu, sang nenek pun rutin berjualan tempe sebelum pergi ke sawah. Sedangkan ayah Dwi merupakan seorang kontraktor d perusahan minyak, pahitnya adalah ayah Dwi adalah seorang buruh. Dan ibu dwi merupakan seorang ibu pekerja keras, tidak hanya ibu rumah tangga. Akan tetapi, pekerja rumah tangga bahkan sesekali berjualan demi membantu ayah Dwi. Terkadang ibu Dwi berjualan pecel, gorengan, bahkan es Coctail. Hampir setiap hari, itulah aktifitas yang dikerjakan ayah dan ibunya Dwi lakukan, sehingga Dwi terpaksa diasuh oleh neneknya, dan kerap kali ikut berjualan tempe keliling kampong bersama neneknya. Dwi yang masih lugu itu asik betul menjalani aktifitas orang-orang disekelilingnya. Saat itu dwi dan keluarganya masih numpang dirumah kakek dan neneknya, entah bagaimana membayangkan, nenek yang anaknya ada delapan orang, ditambah keluarga Dwi dengan ukuran rumah tidak lebih dari 40 x 40 m2. Dan disamping rumah nenek ada sepetak kandang sapi, yah…. Neneknya Dwi memang memiliki banyak sapi, kurang lebih 9 sapi turut menemani hari-hari mereka.
JJJ
Dari 8 anak nenek, 2 diantaranya sudah menikah….
Ibu Dwi merupakan anak pertama dari 8 bersaudara, ibu dwi biasa dipanggil ibu Tini. Dan yang kedua ibu Tina. Ketiga dan seterusnya adalah Sri, wondo, mini, agustin, gio, dan gino. Dari kesemuanya Dwi memanggil paklek dan bu lek. Intinya lek.
Karena anak kedua nenek belum juga dikaruniai anak, maka dari itu Dwi mulai diasuhnya…katanya sih buat mancing….ha ha ha..itu filosofi orang Jawa.
Hampir setiap hari Dwi bersama ibu Tina, makan dan tidurpun dirumah ibu Tina. Yah…ibu tina memang sudah memiliki rumah duluan dibanding ibu dan ayah Dwi. Tidak terasa satu tahun dwi bersama ibu Tina dan suaminya pak din. Mereka merupakan orang tua kedua bagi dwi.
JJJ
Saat itu Dwi berusia 3 tahun, aktifitas sebelum masuk bangku sekolah adalah pergi berjualan tempe bersama nenek, terkadang ikut berjualan dengan ibu Tina. Setelah itu pergi mengirimkan makan siang tuk kakek diladang (sawah) jarak sawahnya pun sangat jauh…harus melewati sungai dalam terlebih dahulu, kira-kira lebih dari 3km jarak sawah dari rumah. Banyak aktifitas yang Dwi dapat lakukan di sawah, seperi mencari keong sawah, mengusir burung yang memakan padi, bermain disungai-sungai kecil, mencari buah ciplukan atau duduk di gubuk bersama kakek sambil belajar berhitung. Semua aktifitas itulah yang Dwi lakukan.
Saat itu Dwi sudah tidak tinggal bersama kedua orang tuanya lagi, melainkan tinggal bersama ibu Tina dan pak Din. Seolah tak mau lepas dari pelukan orang tua barunya itu. Dwi sangat dimanja oleh ibu Tina, setiap pagi Dwi selalu disediakan Susu segar dan 2 telur ayam kampong setengah matang. Sungguh hal ini belangsung hampir setiap hari. Hingga di Usia yang ke-4 Dwi masih tinggal bersama ibu Tina. Namun diusianya yang ke-4 ayah dan ibu kandung Dwi membeli rumah dkampung itu, rumah sederhana berdindingkan papan, dengan kapasitas 2 kamar tidur, sepetak dapur, sepetak ruang tamu dan tanpa kamar mandi alias di  sungai dan tak lupa masih beralaskan tanah. Beda sekali dengan rumah ibu Tina, yang mana dinding sudah  bata, serta lantai semen dan kasur serta selimut yang tebal. Saat diajak hijrah Dwi enggan sekali, malah ia meronta-ronta menangis menolak ibu kandungnya itu, Dwi tahu betul saat itu ibunya meneteskan airmata. Namun Dwi mengacuhkannya. Hal yang paling Dwi tidak suka adalah lampu bolham berwarna kuning. Itu yang membuatnya tidak betah…sedangkan dirumah ibu Tina, semua lampu menggunakan lampu cahaya putih. Dengan berat hati akhirnya Ibu Tini merelakan anak perempuan satu-satunya itu untuk tetap tinggal bersama adiknya, yaitu ibu Tina. Tak lama dari kejadian itu, ayah Dwi pergi merantau ke Jawa, tak tahan mendengar sindiran kakek yang dibilang “tidak becus membahagiakan keluarga” akhirnya ayah Dwi meninggalkan ibu Tini untuk sementara waktu, demi terwujudnya kehidupan lebih baik. Ayah dwi nampaknya dapat kerjaan di Jawa, namun hanya sebulan atau bahkan 3 bulan sekali baru pulang ke kampong. Demi terus hidup, dikampung ibu tini tetap berjuang. Ia berjualan makanan untuk menyambung hidupnya dan kak Rio.
JJJ
Di usia Dwi yang ke-5 dwi mulai belajar membaca dan berhitung, pak Din lah orang yang amat berjasa dalam hidup Dwi, ia mengamati setiap pertumbuhannya Dwi. Pak Din benar-benar menyayangi Dwi, sepeti anak kandungnya sendiri. hingga suatu ketika, Pak Din harus bertaruh nyawa demi membelikan boneka untuk Dwi, mobil yang dibawanya hampir masuk jurang, entah hanya keajaiban Allah lah membuat semuanya tetap baik-baik saja. Dan Dwi sangat mencintai ayah angkatnya itu. Hari-hari dwi memang jarang sekali diisi bersama kakaknya Rio. Karna memang Rio lebih senang tinggal bersama kakek dan nenek, Rio pun turut mengurusi sapi-sapi nenek, seperti mencarikan rumput atau bahkan “ngangon sapi di hutan”. Dwi dan Rio memang sudah terpisah, tapi Dwi sayang sekali dengan kakaknya itu. Di usia yang cukup dini, Dwi sudah mampu berhitung 1-10 dan mengeja bacaan. Namun belum juga diterima disekolah Dasar. Akhirnya Dwi harus menunggu setahun lagI. sambil menunggu, ibu Tina akhirnya memasukan dwi kesekolah TPA, setiap sore Dwi wajib belajar mengaji dimasjid, dan guru ngaji favoritnya adalah ibu Eni. Dwi sangat antusias sekali ketika belajar mengaji, gadis mungil itu tak segan bertanya-tanya soal huruf hijaiyah dan dwi selalu membuat ibu Eni menggeleng-gelengkan kepala. Tidak hanya sampai disitu, dwi pun mencoba tantangan yang lebih besar, ia pun ingin bergabung dengan kelompok ngaji yang lebih dewasa, yaitu kelompok kak Rio. “dasar anak kecik, ngapoi kau nak gabung samo kami?” ujar kak Rio.
“ngapoi kau ngurusi aku?aku nak belajar ngaji ao..dak pulo papo aku disini samo kau samo kaka-kaka yang lainnyo” ujar Dwi.
Celotehan Dwi memang selalu bisa membuat orang tertawa. Sungguh kehidupan sederhana tidak terlalu mengusik Dwi dalam menjalani kehidupan.
JJJ
Akhirnya usia Dwi pun menginjak usia yang ke-6, alangkah bahagianya Dwi di angka 6, itu akhirnya Dwi masuk Sekolah Dasar. Yah…memang Dwi langsung ke sekolah Dasar, ia tidak melalui proses Tk terlebih dahulu. Karna persoalan biaya makanya Dwi langsung SD. Jarak SD dari rumahnya cukup jauh kira-kira kurang lebih 3 km dari rumahnya. Belum lagi lintasan yang dilaluinya, Dwi harus melewati kebun karet yang luas serta hamparan sawah, barulah sampai kesekolahnya, untunglah Dwi memiliki banyak teman yang berasal satu kampong dengan Dwi, apalgi ada lebih dari 6 orang yang sama-sama duduk dibangku kelas 1. Adapun teman-teman Dwi seperti Ardi, Entis, Diah, Asih, Sinta, Mita dan lainnya kakak kelas Dwi, termasuk kakaknya Rio pun satu sekolah dengannya, namun saat itu Rio telah duduk dibangku kelas 4.
Kini Dwi sudah memiliki aktifitas baru, yaitu sekolah. Namun, aktifitas dirumah tetap ia lakukan, seperti, pergi kesawah dan terkadang ikut Rio untuk angon sapi atau sekedar mencari rumput untuk sapi. Tidak lama dari ia jalani hari-hari disekolah, akhirnya ayah dan ibu kandung Dwi pulang dari Jawa, ada secelah kabar gembira untuk kehidupan mereka, ayah Dwi sudah mendapat pekerjaan tetap di Jawa. Akhirnya mereka turut membawa Rio ke Jawa, saat itu ibu belum berniat untuk membawaku, karna memang kehidupan di Jawa sangat sulit, oleh karena itu Dwi tetap tinggal bersama ibu Tina. Pahit memang, sejak kecil hingga masuk sekolah dasar Dwi jarang sekali merasakan kasih sayang langsung dari kedua orang tua kandungnya itu. Tapi Dwi yang polos itu belumlah mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sudah hampir setauhun ia tak mendengar kabar orang tua dan kakaknya itu. Bahkan, tak jarang ia menangis untuk sekedar memeluk ibunya itu, ia rindu dengan canda tawa bersama kakaknya Rio. Namun, ibu Tina hanya bisa menjawab “sebentar lagi ibu Tini pulang”. Tapi entah kapan ia pulang.
JJJ
Tak terasa, Dwi akhirnya duduk dikelas 2, semakin lihai saja jari jemarinya menulis. Saat Dwi duduk dibangku kelas 2, ibu Tina berniat untuk menyekolahkan Dwi dipondok pesantren di Sumatera, nampaknya Dwi menyambut gembira keinginan ibunya itu, dengan di iming-imingi setelah lulus dari pondok itu, Dwi bisa melanjutkan ke Kairo. Entah, gadis kecil berusia 7 tahun itu senag sekali, yah…memang saat di TPA, guru ngajinya sering menyinggung tentang Kairo, yang semua orang bilang, banyak saudara muslim kita yang melanjutkan sekolah disana. Oleh karena itu Dwi sangat bersemangat untuk bersekolah di pondok. Akhirnya, hal ini dibicarakan kepada orang tua kandung Dwi di Jawa, walau bagaimanapun mereka adalah orang tua kandung Dwi yang mana lebih berhak mengarahkan dimana Dwi akan berpijak. Namun, setelah mendengar maksud ibu Tina, nampaknya kedua orang tua Dwi kurang setuju dengan keinginan itu, ibu Tini merasa, bahwa anaknya itu masih terlalu dini untuk tinggal di pondok dan hidup mandiri di pondok, ibu Tini khawatir anaknya itu tidak akan betah di Pondok. Alhasil, Dwi pun tidak jadi masuk ponpes, dan sebagai gantinya ibu Tini bermaksud untuk memboyong Dwi untuk pindah ke Jawa dan Sekolah agama disana, jadi Dwi tidak perlu mandiri tinggal di Ponpes. Tapi, Dwi mungil itu menolak untuk diajak pindah, hingga pada liburan catur wulan, ibu Tini ingin mengajak Dwi liburan di Jawa, katanya sih…mau lihat laut dan pantai, maklum disumatra Dwi tidak pernah sekali pun melihat laut ataupun pantai kecuali melalui TV hitam putih milik ibu Tina. Akhirnya Dwi senang sekali diajak ke Jawa. Tanpa sepengetahuan Dwi, ternyata ibu Tini telah  menyusun rencana untuk memindahkan Dwi ke Jawa, dan semua surat-surat pindah telah diurus. Sungguh, Dwi malang itu tak tahu rencana orang tua kandungnya itu. Tak lama ia bersekolah Dwi pun merasa rindu dengan kehidupan di kampong, rindu dengan hamparan sawah dan aktifitas lainnya. Dwi pun meminta pulang ke kampong, akhirnya Dwi pulang kampong dan ia pun meneruskan sekolahnya kembali kesekolah lamanya. Sampai Dwi duduk dikelas 3.
JJJ
Sebentar lagi Dwi akan berulang tahun yang ke-8, tapi memang sejak kecil Dwi tidak pernah dibiasakan oleh keluarganya untuk merayakan ulang tahun, kata ibu Tina, ulang tahun itu merupakan budaya Barat. Diusia yang ke-8 ibu, ayah, dan Rio pulang kampong. Wah Dwi senang sekali. Tapi, diulang tahunnya kini agak berbeda, ternyata kedatangan mereka hanya untuk menjemput Dwi ke Jawa. Dan ibu Tina pun sudah menyiapkan prosesi perpisahan, hanya selametan kecil-kecilan dirumah, sekalian merayakan ultah yanh ke-8. Dwi melihat ibu Tina dan Pak Din meneteskan air mata sepanjang acara itu. Dwi pun merasa tak tahu arah, ia pun menangis histeris…..
Dan akhirnya, Dwi pindah ke Jawa untuk selama-lamanya dan hanya satu tahun sekali atau bahkan entah kapan ia kembali ke kampong. Yang pasti Dwi sudah ikhlas menjalani kehidupan yang sangat berbeda 360° dengan dikampung. Dan waktu terus berjalan hingga sampai saat ini.
©©©
Itulah secuil cerita tentang asal-usul Dwi. Dwi hanya gadis sederhana yang datangnya dari kampong, mengawali kehidupan serba pahit hingga benar-benar bisa bernafas, ia dan keluarganya benar-benar menelusuri secara detail perjuangan hidup. Dan masih banyak lagi kepahitan hidup di Jawa..

Simak cerita selanjutnya yah……….!