sederhana itu berarti

banyak kegagalan terjadi
banyak kekurangan banyak mengeluh???
tidak...!!!
kurang itu mesti dipenuhi
tapi
lebih itu mesti berbagi....

Senin, 14 Mei 2012

Kembali Lagi


Cerita cinta itu dimulai dari lapangan basket, aku memang cewek cuek yang hampir tidak peduli dengan yang namanya cinta. Namun tetap saja aku sering mendengar cerita cinta dari teman-temanku.  Saat itu usiaku baru menginjak 15 jalan 16 tahun, KTP saja belum aku pegang, jadi belum terlalu penting buatku untuk memahami perasaan cinta. Sejak memasuki bangku SMA, aku memang lebih sering beraktifitas didunia basket. Karna buatku, basket adalah duniaku. Dengan basket aku dapat melupakan sejenak masalah-masalah dirumah, disekolah, atau dimanapun. Hampir seminggu sekali aku berlatih basket bersama teman-teman. Hingga akhirnya ada sebuah kompetisi yang bernama Latihan Keterampilan Siswa (LKS), dimana kompetisi itu tidak hanya diperuntukkan untuk lomba-lomba kejuruan akan tetapi olahraga serta senipun di ajangkan. Sehingga aku terus berlatih keras untuk dapt terpilih sebagai perwakilan kotaku untuk bermain di tingkat provinsi.
Penyeleksianpun dimulai, bertempat dilapangan basket di sekolahku kami semua putra putri kota berkompetisi berunjuk kemampuan kami dalam menguasai bola. Sikapku memang agak cuek dan masa bodo, tapi setidaknya aku dapat membaca sikap teman-temanku yang mulai mencuri-curi pandang kepada pemain basket putra dari sekolah lain.  Menurut kaca mataku saat itu memang para pemain basket putra menjadi idola dikalangan para cewek,  namun tidak untukku. Sikapku yang masih seperti anak kecil sangat terlihat bahwa aku tidak mengerti apa itu perasaan suka atau cinta terhadap lawan jenis.
Selama dua minggu kami berlatih bersama, masih saja aku dengan duniaku. Dunia yang hanya focus berlatih basket agar bisa menjadi juara.
Hingga mungkin entah ada beberapa cowok yang memperhatikan ku tanpa aku sadari. Tapi, biarkan sajalah, selama itu belum mengusikku aku pun tenang menyikapinya.
LKS diselenggarakan selama tiga hari, itu artinya kami semua akan mengenal karakter masing-masing dan semakin menjadi dekat satu sama lain. Dari hatiku yang terdalam, sungguh aku merasakan kekeluargaan yang begitu luar biasa di sana. Dan tidak bisa kupungkiri  akhirnya akupun mengenal apa itu cinta lokasi. Mungkin memang sangat menusiawi sekali dengan apa yang aku rasakan saat itu, ketika ada seorang cowok yang berusaha mendekatiku dan mencuri perhatianku.  Lucu memang gadis cuek sepertiku dapat menarik perhatiannya. Pertama kali kami saling mengenal itu diwali dengan sikap malu-malu yang ia tunjukkan, berjalan mendekatiku dan meminta no handphoneku. Dengan senyuman kecil aku berikan no handphone ku. Malam itu dia langsung memperkenalkan diri, dengan kondisi yang sudah tidak kaget lagi sebenarnya aku sudah tau namanya, aku lebih senang memanggilnya Phey.  Tiga hari bersama, yah meskipun tidak berdua, setidaknya hal itu merupakan pengalaman berkesan untukku.  Klimaksnya saat tim basket putri kalah, aku ditemani temanku bernama novi berlari menuju taman sekolah yang memang kondisinya sangat sepi, tempat itu cocok sekali untuk mengeluarkan penyesalan. Sudah puas menangis, aku dikagetkan dengan kedatangan Phey dan temannya. Kaget luar biasa, malu aku dengan kondisi mata yang betem dan suara yang mulai hilang. Saat itu Phey bersikap bak seorang yang dewasa, sedikit wejangan ia berikan kepadaku. Entah ketenangan menghampiri hatiku, dan membuatku tersenyum kecil. Hari itu kami akan pulang kerumah, itu artinya semua kebersamaan selama tiga hari dikota itu akan segera berakhir. Sesak sekali, tapi saat itu aku bertekad bahwa tahun depan aku harus ikut dan memenangkan kejuaraan. Aku dan Phey pulang dengan berbeda bis. Lagi-lagi kesedihan mendera hatiku. Hihihihi………..
Biarpun aku dan Phey terpisah, namun kami tetap berkomunikasi melalui handphone.  Jadi aku tidak perlu khawatir untuk tahu perkembangannya. Selama hampir satu minggu aku dan Phey sangat intensive berkomunikasi. Hingga pada hari minggu yang saat itu aku sedang dalam perjalanan menuju rumah temanku untuk belajar bersama. Terdengar suara handphone dari dalam tasku, dengan segera aku mengangat terlpon yang entah dari mana. Saat aku ucapkan salam
“Assalamu’alaikum”
‘wa’alaikumslam.. ini dina kan?’
Aku menjawab lantang,
“iyah, ini siapa yah?”
Dengan nada santai, ia pun menjawab ‘ini Phey, pake nomer baru’.
Terkejut sekali,dimana saat itu kondisiku memang sedang didalam angkutan umum. Namun obrolan itu tetap kuladeni. Maksud Phey menelponku saat itu yaitu Phey mencurahkan isi hatinya dan ia berniat menjadikan aku pacarnya. Akupun ingin sekali meneriakkan bahwa aku memang benar-benar menyukainya, namun saat itu usiaku masih sangat muda dan lagipula kakakku melarang aku untuk berpacaran. Akhirnya dengan berat hati aku menolak Phey, di dalam angkot aku teteskan rasa penyesalanku melalui air mata. Dengan berbagai cara Phey meyakinkanku. Namun tetap saja aku tidak bisa menerimanya. Akhirnya aku dan Phey menjalani hubungan tanpa status, selama seminggu hubungan itu tampak sangat harmonis dan lancar-lancar saja.
Ingin rasanya aku membagi kebahagiaan ini dengan teman-teman basket lainnya.  Latihan minggu ini aku harus bercerita tentang kedekatanku dengan Phey.
Belum sempat bercerita tentang kebahagiaanku, aku pun enggan mengeluarkan secuilpun ceritaku. Karna pagi itu kakak seniorku bernama puput lebih dulu bercerita tentang kisahnya, bagaimana ia dekat dengan cinta lokasinya itu dan bagaimana dia menyandang status pacaran dengan PHEY. Mana mungkin aku menangis ditemapat itu. Aku hanya menyodorkan suasana bahagia, seolah aku mendukung puput. Puput memang mengatakan, bahwa Phey sempat menyatakan perasaannya kepadaku. Tapi aku menolaknya.
Dan yang paling menyakitkan bagiku adalah, aku dan Phey sedang sangat dekat saat itu. Dengan tidak pikir panjang, akupun menjauh dari kehidupan Phey, membuang semua kenangan yang mungkin manis saat itu. Hatiku hancur lebur, semudah itukah Phey menyukai orang lain? Padahal baru satu minggu ia aku tolak!!!
Aku sudah tidak peduli dengan kenangan LKS, aku sudah tidak peduli dengan Phey ataupun apa saja yang menyakut tentangnya. Semuanya sirna begitu saja, walaupun memang serpihan serpihan kaca itu belum seutuhnya menghilang dari hatiku.
Dengan kejadian itu ternyata semakin menguatkan karakter dan pribadiku, ambisiku untuk basket sudah sirna, entah keinginan main-main dalam hidup seolah sirna, aku masih banyak sahabat dan keluarga yang begitu menyayangiku. Lia dahlia dan mas Dani satrio selalu memotivasiku untuk bisa menjadi peribadi yang jauh lebih baik lagi. Hingga akhirnya diusiaku yang menginjak 16 tahun aku berikrar untuk berhijab, belajar memakai kerudung dimanapun aku pergi, sejak saat itulah aku benar-benar meninggalkan dunia basket yang pernah aku cintai.
Terlepas dari Phey bukan berarti aku harus terus-terusan bersedih, Allah sangat sayang kepadaku, hatiku dibukakan untuk orang lain. Hadirlah sosok Prasetyo didalam kehidupanku, aku biasa memanggilnya ka tyo, dia adalah sahabat kakakku. Semangat  baruku didalam kepribadianku yang baru, meskipun aku menyukainya dalam diam, dia adalah kesegaran baru dalam hidupku.  Dengan menempuh badai aku mempertahankan perasaan ini untuknya, tidak sedikitpun menoleh kepada pria lain, yang kuyakini adalah kak tyo akan jadi imam yang baik untukku.
Setahun berlalu dalam perasaan ini, akupun terus yakin dengan perasaan ini. Hingga pada penghujung kelas dua, ada seseorang yang mulai mengusikku, cukup lama aku tau identitasnya, dia adalah Phey, masa laluku. Kemunculannya kembali membangkitkan rasa sakitku. Bukannya pendendam, tapi lebih baik dia tidak pernah muncul agar rasa sakit itu tidak muncul kembali. Sempat beberapa kali Phey hadir, namun tetap sikap dingin yang aku tunjukkan. Entah apa tujuannya saat itu, yang pasti aku tidak ingin dia semakin dekat denganku, mungkin aku belum siap untuk sakit yang kedua kalinya.
Setahun lagi berlalu dengan perasaan yang tetap tertuju pada Tyo. Kembali muncul sosok Phey dalam kehidupannya, namun kondisi hatiku saat itu mungklin lebih tenang disbanding setahun yang lalu, aku  mulai menerima semua yang telah terjadi, aku sudah tidak lagi mengingat bagaimana Phey menyakitiku. Kami berteman biasa, bercerita dan bernostalgia. Tetap saja aku tidak bisa seterbuka dulu dengan Phey. Hingga akhirnya Phey mulai mengutarakan isi hatinya kembali. Sontak, sikap dingin kutunjukkan padanya. Kami bertengkar hebat, hingga akhirnya Phey pergi dari kehidupanku. Untuk pergi dari kehidupannya, akupun sampai rela mengganti kartu prabayarku. Asalkan aku bisa tenang dan tidak terusik oleh baying-bayang yang menyakitkan itu.
Memasuki dunia perkuliahan, membuat aku lebih banyak aktifitas. Dan untuk perasaanku, masih tetap aku bertahan pada ka Tyo. Namun entah mengapa perasaan ini tidak sebesar dulu, aku mulai kecewa dengan ka Tyo yang ternyata sudah memiliki banyak mantan. Sedangkan aku setia dengan kesendirianku. Egois memang pemikiranku saat itu. Namun sekian lama aku menyukainya, rasanya tidak adil jika harus terus dipertahankan. Di bangku perkuliahan aku mulai membuka hati untuk orang lain, hasilnya??Nihil. aku tidak bisa menyukai seseorang dengan hatiku, semua perasaan yang ada hanya simpati, kagum, atau bahkan kasihan. Sungguh aku tidak ingin menyakiti siapapun. Tapi yang namanya hati memang sulit untuk diselami. Hingga diawal semester dua Phey hadir dengan sedikit kedewasaan, yah biar begitu aku bisa mengimbangi sikapnya yang memang saat itu aku sudah kembali normal alias tidak lagi marah. Akun facebook Phey sempat aku block beberapa kali. Dan aku konfirmasi beberapa kali. Kami berteman hingga akhirnya bersahabat, aku mulai terbiasa bercerita pada Phey soal masalah-masalahku dengan teman laki-laki di kampus, diapun sering memberikan masukan positif kepadaku. Aku senang memiliki sahabat sepertinya, seolah rasa sakit yang beberapa tahun silam sudah tidak ada. Namun pertemanan kami tidaklah semulus jalan tol, masih saja pertengkaran-pertengkaran kecil membumbui. Keberadaan Phey mulai mempengaruhi hariku. Hingga ia pun menyadarkanku akan perasaanku terhadap kak Tyo. Dia memintaku untuk bisa memberikan kesempatan pada orang lain. Dan aku terus berusaha. Hingga akhirnya ada seorang teman lama, teman SMPku. Dia bernama ahmad, ahmad sangat serius mendekatiku dan keluargaku. Hampir lebih dari 6 bulan ahmad mengisi hari-hariku. Status kami memang masih berteman biasa, Phey selalu meyakinkan aku bahwa ahmad adalah orang yang baik untukku. Tapi tetap saja aku ragu dengan ahmad. Aku mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya membuatku ragu? Padahal, bisa jadi ahmad adalah orang yang paling sempurna sejauh ini. Entahlah, itu tadi yang namanya hati yang sulit diselami. Tidak bisa kupungkiri aku memang sedang nyaman dengan Phey, keributan-keributan kecil membuat kami semakin dekat. Hal itu  yang selau membuatku rindu.
Beberapa malam aku menjalani istikhoroh, untuk ahmad dan untuk Phey. Mimpipun tak kunjung datang, mungkin aku harus menggunakan keyakinan hatiku. Tapi istikhoroh tetap aku jalanai. Hingga akhirnya kayakinan dan kemantapan itu aku dapatkan dalam satu malam itu, mimpi serta keyakinan aku benar-benar daptkan. Tyo seolah sirna seketika, dan aku ingin ketenangan ini. Cukup menyakiti orang lain dan tetap focus pada aktifitasku. Phey orang yang Lima tahun lalu silih berganti masuk kedalam kehidupanku dengan berbagai identitas. Phey yang selalu muncul dalam setiap kebimbanganku, Phey yang akhirnya kembali pada hati ini. Nyawanya tinggal satu, sekali lagi ia menyakitiku dengan orang ketiga. Maka tidak  ada lagi kesempatan untuknya. Itu ikrar dihatiku.  Yang pasti saat ini aku benar-benar yakin dengan perasaanku. Menjalani keseriusan dengan orang yang kita cintai sangatlah  membahagiakan. Saat ini aku hanya perlu menjaga konsistensi perasaan ini agar tidak melebihi rasa cintaku kepada Sang  Maha Pencipta. Segala sesuatunya hanya Allah yang mampu memberikan keputusan.
Semua perjalanan ini memang sudah ada yang mengatur, aku benar-benar mayakini itu. Perasaanku saat ini, pertemuanku dengan Phey dan komitmen kami. 



My dearest Love
Phey Visabililah

2 komentar:

  1. mendalami kisahmu melalui sosok lain.

    "aku tunggu undangannya ya :)semoga langgeng mbak Dina ;)"

    BalasHapus